Misteri Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta
Kendati
berada di tengah Kota Tua yang berada di pesisir Utara Jakarta, Museum
Seni Rupa dan Keramik Jakarta, yang masuk dalam wilayah administrasi
Jakarta Barat, diyakini menyiratkan aura mistik. Buktinya di gedung
peninggalan VOC ini sering terjadi penampakan gaib berupa bayangan
serdadu Belanda dan bayangan Kaki Semar yang berkelebat di antara
pilar-pilar depan gedung. Berikut laporan posmo.
SEJARAH keangkeran gedung
tua di Jakarta memang terus berlanjut, seolah tak pernah lekang oleh
kondisi zaman yang kian modern. Keadaan ini terus terasakan hingga
sampai saat ini. Termasuk dengan gedung Museum Seni Rupa dan Keramik
Jakarta. Meski keadaan bangunannya masih cukup bagus dan terawat, aura
kegaibannya masih saja sering meneror warga.Meski
Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta yang berwarna putih memang masih
tampak kokoh karena disanggah 12 pilar berornamen dilobby depannya,
membuat gedung ini semakin terlihat tampan. Toh dari sisi kemistisanya
tidak bias tertutupi. Keberadannya yang kini dikelilingi dengan
rerimbunan pohon, semakin terlihatlah teduhnya gedung ditengah pengapnya
kota Jakarta. Namun dari balik rerimbunan dan teduhnya area ini,
ternyata menyimpan beberapa hal yang cukup mencekam. Tanah
halamannya yang lembab membuat hati siapa saja yang berjalan diatasnya
merasakan kesejukan, apalagi dalam beberapa sisinya terlihat jelas
peninggalan VOC yang cukup unik dan langkah, yakni Meriam Jagur dan
patung hias yang selalu membuat penasaran setiap orang yang lewat. Namun
gambaran kesejukan waktu berteman dengan matahari bertolak belakang
dengan pemandangan dimalam hari. Hampir 180 derajat situasi yang
terlihat di area Museum ini berbeda. Cagar BudayaDibalik
misteri gaib Gedung yang dibangun VOC ini memang menjadi salah satu
saksi bisu sejarah perjuangan bangsa, dimana pada awalnya karena adanya
perundingan L’Hermite dengan Pangeran Jayawikarta, putra Pangeran
Tubagus Angke. Adipati Jayakarta II (1670-1600), adalah dengan
persetujuan untuk membangun sebuah rumah kayu dan batu untuk niaga.
Setelah dirasakan bisa mengembangkan bangunan-bangunan dari batu, maka
di tangan tokoh VOC yakni Jan Pieterzoon Coen (1587-1629), dan Nassau
Huis (1610-1613), ditingkatkan kualitasnya dan bahkan juga membangun
gedung sebagai benteng dan mercusuar. Dan yang jelas lagi antara
gedung-gedung bangunan VOC tersebut kemudian dibangun sebuah tembok
batu, dan diatas tembok ini dideretkan beberapa buah meriam Coen yang
diantaranya saat ini berada di halaman Museum Seni Rupa dan Keramik
Jakarta.Namun
dalam perkembangannya gedung ini dipakai untuk rumah dinas dan
perkantoran para tokoh VOC, kini gedung berwarna putih ini merupakan
salah satu gedung yang dilindungi sebagai benda cagar budaya. Sejak
keseluruhannya dapat direbut kembali oleh Indonesia, maka pemanfaatannya
pun dijadikan sebagai gedung Museum Seni rupa dan Keramik Jakarta. Dan
di dalam gedung ini beribu koleksi benda antic pun menghiasi setiap
sudut ruangannya.Sejarah
panjang tentang keberadaan bangunan gedung Museum Seni Rupa dan Keramik
Jakarta ini, kemudian menjadi saksi bisu pertempuran perebutan Batavia
dan perlawanan pengusiran tentara VOC menjadikannya sebagai salah satu
gedung yang ber aura mistik di Kota Intan ini. “Kita kan gak selalu
harus mengidentikkan segala sesuatunya dengan yang mistik. Meskipun
gedung ini amat bersejarah dan menjadi saksi ratusan hingga ribuan nyawa
melayang, kita jangan berpikir yang macam-macamlah. Kita harusnya
melestarikan dan mengambil nilai-nilai perjuangan serta mempelajari
segi-segi positif yang tertoreh di dalamnya. Kalau soal yang macam-macam
itu saya nggak mau komentarlah, karena secara manusiawi hal mistis itu
memang ada dikehidupan kita,” kata Agung pada posmo. Mayat Korban PetrusSedangkan
dimulai dari awal 80′an diwaktu berjayanya dinasti Soeharto atau yang
dikenal dengan Orde Baru, dimana pada masa itu ribuan orang dikabarkan
telah menjadi korban petrus (penembakan misterius, red) yang kabarnya
dilakukan oleh aparat. Disaat gencar-gencarnya mayat misterius inilah,
di sekitar Museum ini beberapa kali ditemukan mayat-mayat korban petrus
tersebut. Pasca adanya mayat yang tak teridentifikasi itu, maka mulailah
mencuat kabar-kabar tentang penampakan dan cerita horror dari gedung
museum ini.“Sebelumnya, ketika saya masih berumur belasan
tahun, ditempat ini merupakan tempat yang rapi dan bersih, tidak ada itu
namanya setan-setan gentayangan, meski dalam sejarahnya disini pada
masa Belanda banyak pejuang dan serdadu Belanda yang mati tidak ada itu
geger tentang hantu. Nah setelah masa orde Soeharto, sejak adanya korban
petrus atau penembakan misterius, dan mayatnya sering berada di sekitar
museum inilah baru ada beberapa orang yang mengaku melihat penampakan.
Waktu itu dua orang pekerja Kereta Api mengaku melihat ada
bayangan-bayangan wayang berupa Semar. Disitu kejadiannya pas malam
kemerdekaan 17 Agustus. Nah menurut orang pintar waktu itu, bahwa
kehadiran sosok semar merupakan suatu warning akan terjadinya kekacauan
dan pelimpahan kepemimpinan. Dan benar saja, pada bulan Mei 1998
kemudian terjadilah kerusuhan di Jakarta dan menyebabkan Soeharto turun
tahta, ” jelas Soekirman (78) sesepuh Kampung Bandan pada posmo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar